Wednesday 27 March 2013


PERINGATAN DINI DARI ALLAH TA’ALA

“PERINGATAN DINI DARI ALLAH TA’ALA

TAFSIR SURAT AR-RAHMAN AYAT 33 – 45

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ -٣٣- فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ -٣٤- يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِّن نَّارٍ وَنُحَاسٌ فَلَا تَنتَصِرَانِ -٣٥- فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ -٣٦- فَإِذَا انشَقَّتِ السَّمَاء فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ -٣٧- فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ -٣٨- فَيَوْمَئِذٍ لَّا يُسْأَلُ عَن ذَنبِهِ إِنسٌ وَلَا جَانٌّ -٣٩- فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ -٤٠- يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالْأَقْدَامِ -٤١- فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ -٤٢- هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ -٤٣- يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ -٤٤- فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ -٤٥-
Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya). Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang memuncak panasnya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Rangkuman Kajian Ba’d Maghrib di Masjid Abu Dzar Al-Ghifari
Hari Rabu, Tertanggal 2 Rajab 1433 / 23 Mei 2012
oleh: Ust. Abdullah Shaleh al-Hadhromi

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala Puji Bagi Allah. Semoga Shalawat tetap tercurah kepada Sang utusan Allah juga kepada keluarga Beliau para sahabat Beliau dan umat Beliau yang setia mengikut ajaran yang Beliau sampaikan hingga akhir zamman. Amma ba’d.
Telah dinyatakan bagaimana Allah Ta’ala menurunkan nikmat yang sangat banyak kepada hamba-hambaNya. Nikmat yang besar itu salah satunya berupa peringatan dini oleh Allah kepada Manusia dan Jin akan siksa neraka. Manusia dan Jin, dua makhluk yang diberikan beban syariat dimana sebelumnya telah dinyatakan sebuah perjanjian dan perjanjian itu telah diterima oleh mereka seluruhnya. Maka Allah Ta’ala menjadikan lupa akan perjanjian itu (tatkala telah dilahirkan di dunia) sebagai ujian yang paling awal, lalu mengingatkan mereka kembali melalui peringatan-peringatan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Dan bagi orang-orang terdahulu terdapat peringatkan dengan Rasul-Rasul dan kitab-kitab mereka, bagaimanakah mereka apakah mau beriman ataukah tidak. Maka inilah pilihan mereka yang merupakan beban taklif/syariat atas mereka, yang memiliki konsekuensi atas mereka adalah syurga (bagi yang taat) dan neraka (bagi yang ingkar).
Oleh karena Kemaha Kasih Allah Ta’ala atas hamba-hambaNya, maka Allah berfirman secara khusus kepada hamba-hamba berupa Jin dan Manusia tentang peringatan dini yang dinyatakan dalam Surat Ar-Rahman ayat 33-45. Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan. Dan apakah tafsir dari peringatan-peringatan tersebut? maka, marilah kita simak kajian berikut ini:

A.      Tafsir Ayat 33, 34:
Allah Ta’ala berfirman, “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Surat Ar-Rahman ini merupakan Surat yang saling berkesinambungan antara ayat yang satu dan yang lainnya. Banyak orang menafsirkan ayat ke 33 dalam Surat Ar-Rahman ini sebagai landasan dari teknolog antariksa dan energi. Serta tantangan Allah kepada manusia untuk menembus luar angkasa dan manusia berhasil melakukannya. Apabila dilihat lebih jauh, menurut para sahabat dan mufassirin (yang hakekatnya mereka lebih memahami tentang Al-Qur’an daripada kita) maka mereka yang menafsirkan demikian jauh menyimpang dari kaidah tafsir. Mereka hanya menafsirkan dengan akal mereka saja. Lalu bagaimana tafsir ayat tersebut? marilah kita simak penjelasan Ust. Abdullah Hadhromi berdasarkan Hadits Rasulullah, keterangan para sahabat serta para ulama yang shalih terdahulu.
Terlebih dahulu dijelaskan bahwa, tafsir yang benar adalah berdasarkan tingkatan-tingkatannya. Tingkatan etika yang benar dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah: (1) Al-Qur’an ditafsirkan dengan Al-Qur’an melalui satu ayat dengan ayat lainnya; (2) Al-Qur’an dengan Al-Hadits dari RasulullahShalallahu ‘alaihi wasallam; (3) Al-Qur’an dengan ijma’ para sahabat; (4) Al-Qur’an dengan ucapan para tabi’in/murid para sahabat; (5) Al-Qur’an dengan kaidah-kaidah bahasa dan syariat yang mendukungnya.
Berdasarkan Tafsirul Qur’anil ‘Adzim karya Ibnu Katsir (Abdul Fida’ Isma’il ibn Amr ibn Katsir, w.774H / 1373M) menyatakan, “Mereka (manusia dan jin) tidak akan mampu lari dari adzab/ketentuan Allah Ta’ala, karena pada hari itu (hari kiamat) Allah telah menggenggam mutlak mereka dan mereka tak bisa lepas dari hukum Allah Ta’ala. Dan kemanapun mereka pergi, Allah telah meliputi mereka. Dan ini adalah keadaan ketika di Padang Mahsyar/setelah hari kiamat nanti. Ketika itu Malakat mengepung seluruh makhluk dengan tujuh barisan dari semua sisi, sehingga tak satupun yang sanggup untuk pergi. Semua manusia dan jin tak kan bisa lari dari pagar betis Malaikat itu kecuali dengan kekuatan yang tentu manusia dan jin itu tak kan pernah mampu. Sebagaimana Firman AllahTa’ala dalam Surat Al-Qiyamah: 10-12, “Pada hari itu manusia berkata: ‘Ke mana tempat berlari?’ sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.” Maka dengan hal ini, dan dengan peringatan dini yang Allah Ta’alasampaikan ini merupakan sebuah nikmat bagi manusia, karena dengan berita ini manusia seharusnya mempersiapkan diri menghadapi hari yang sangat berat dan dahsyat. “Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”
B.      Tafsir Ayat 35:
Kalau toh jin dan manusia masih saja bersikeras untuk keluar dan lari, maka Allah berfirman dalam ayat ke 35, (artinya) “Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya).”
Tsuwatun min naar, apakah itu?
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan, (artinya) “Ats-Tsuwat adalah nyala api dan dalam riwayat yang lainnya adalah asap yang sangat panas (awan panas).” Dimana didukung oleh pernyataan Mujahid menyatakan, “Ats-Tsuwat adalah nyala api yang berwarna hijau.” Demikian pula Abu Shalihrahimahullah Ta’ala mengatakan (artinya), “Ats-Tsuwat adalah nyala api yang paling ujung sebelum asap (dan inilah titik terpanas api).” Ini merupakan peringatan Allah dengan ancaman agar kita hati-hati dan semua telah diterangkan jalan ke syurga dan jalan ke neraka. Tinggal bagamimana manusia memilihnya, dan dimana dalam keterangan tafsir sebelumnya disebutkan bahwa hidup manusia ini adalah pilihan. At-Tholhah rahimahullah Ta’ala menyatakan (artinya), “Ats-Tsuwatun, adalah gumpalan-gumpalan api bagaikan banjir api/lahar.”
Selain Ats-Tsuwatun min naar juga ada An-Nuhatssebagaimana terjemahan dalam Bahasa Indonesia yang dinyatakan oleh Banyak Al-Qur’an Terjemahan termasuk terjemahan Depag RI adalah Tembaga yang mencair dan inilah terjemahan yang paling pas. Allahu a’lam.
Menurut Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa An-Nuhats adalah asap dari api yang sangat panas. Mujahidrahimahullah Ta’ala menyatakan, “An-Nuhats Adalah tembaga yang dicairkan dan kemudian disiramkan ke atas kepala manusia yang ingkar.” Qotadah menyatakan, “An-Nuhats adalah banjir tembaga yang mencair.”
Lalu Al-Hafidz Ibn Katsir rahimahullah Ta’ala memberikan kesimpulan, “Makna semua pendapat itu adalah benar. Sehingga kalau Manusia dan Jin berkehendak untuk pergi dari neraka maka mereka akan dikembalikan oleh Malaikat Zabaniyyah (penjaga neraka) dengan cara digiring oleh api dan cairan tembaga, maka mereka tak kan bisa menang melawan Allah Ta’ala.”
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan wahai manusia dan jin?”. Ini adalah pernyataan Allah Ta’ala bahwa Dia adalah sebaik-baik pemberi peringatan. Maka ini adalah kisah nyata yang akan terjadi pada orang-orang yang kafir dan fasik sehingga dengan peringatan ini seharusnyalah manusia di dunia (mumpung sekarang kita masih di dunia) melakukan amalan yang shalih dan hati-hati terhadap sesuatu hal.
C.      Tafsir Ayat 37&38
Allah berfirman, “Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Terkait dengan ayat tersebut, Al-Hafidz ibnu Katsir mengatakan (artinya), “Apabila langit terpecah (pada hari kiamat) dan demikian maksudnya adalah langit itu lebur sebagaimana leburnya emas dan perak dalam penuangannya dan berwarna-warni sebagaimana obat celup (pewarna). Hal itu disebabkan kerasnya adzab dan kerasnya kejadian dalam hari kiamat.”
Diterangkan oleh Imam Ahmad yang sanadnya sampai kepada Sahabat Anas ibn Malikradhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Manusia dibangkitkan pada hari kiamat sedang langit berjatuhan menimpa mereka bagaikan hujan gerimis.”
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menyatakan bahwa kejadian langit terpecah adalah bagai kulit berwarna merah. Demikian Abu Shalih ibn Juraij rahimahullah Ta’ala mengatakan (artinya), “Langit pada hari itu seperti minyak yang mencair karena terkena efek dari neraka Jahannam.” Ini adalah nikmat dari Allah Ta’ala berupa peringatan. Maka, “Nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?
D.      Ayat 39&40
Allah Ta’ala berfirman (artinya), “Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Manusia dan Jin tidak ditanya tentang dosanya, mengapa manusia didahulukan dalam pernyataan ini? Disebutkan dalam Tafsir al-Munir yang ditulis oleh DR. Al-Zuhairi adalah karena yang paling berani berbuat dosa adalah manusia daripada Jin. Ini salah satu obyektifitas Allah Ta’ala atas segala kebenaran FirmanNya.
Apa maksud tidak ditanya tentang dosa mereka? Untuk menjawab hal ini, maka kita merujuk pada Surat Al-Mursalat ayat 35&36, Allah berfirman (artinya), “Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka (dapat) minta uzur.” Lalu, apakah bertentangan dengan ayat-ayat yang menyatakan Firman Allah (artinya), “...Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (An-Nahl: 93)? Begitupula dalam Surat Al-Hijr 92-93 (artinya), “Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.”?
Sesungguhnya tiada pertentangan dalam Al-Qur’an, maka bagaimana mendudukkan hal ini? Di sinilah perlu keterangan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, para sahabat, tabi’in dan ulama yang faham tentang kaidah dan ilmu tafsir Al-Qur’an. Maka Ibnu Katsir rahimahullah Ta’ala mengatakan (artinya), “Semula Manusia dan Jin itu ditanya dahulu tentang apa-apa yang ditanyakan. Dan setelah pertanyaan-pertanyaan itu selesai ditanyakan dan dijawab kemudian mulut kita semua dikunci, maka hanya tangan dan kaki kitalah yang menjadi saksi.”
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menyatakan pendapatnya dan telah diriwayatkan oleh Ali ibn Abi Thalhah radhiyallahu ‘anhu bahwa (artinya), “Mereka (Manusia dan Jin) tidak ditanya, maksudnya tidak ditanya apakah kamu berbuat ini dan itu akan tetapi MENGAPA kamu mengatakan dan berbuat ini dan itu?”
Mujahid rahimahullah Ta’ala menyatakan, “Malaikat tidak menanyakan Manusia dan Jin yang pendosa karena sudah diketahui dari tampangnya. Seakan-akan ini adalah setelah selesai pengadilan semuanya, jadi tinggal mereka digiring diseret dan dimasukkan ke dalam neraka.”
Ini peringatan dari Allah Ta’ala “Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”
E.      Tafsir Ayat 41&42
Allah Ta’ala berfirman, “Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Ibnu Katsir menyatakan, “Orang-orang yang bergelimang dalam dosa itu dikenal dari tanda-tandanya.” Tanda-tanda itu (sebagaimana dinyatakan Hasan al-Bashri dan Qotadah) adalah wajahnya yang hitam dan matanya yang biru. Hal ini juga sebagaimana orang-orang yang beriman, sebagaimana wajahnya tampak bercahaya dari bekas-bekas wudhunya.
Ibnu Katsir menambahkan, “Ujung kepalanya dan kakinya dipegang dengan ditekuk kemudian mereka dilemparkan ke neraka.” Menurut Ath-Thalhah rahimahullah Ta’ala bahwa cara menekuk tubuh manusia yang dimasukkan ke dalam neraka adalah, “Digabungkan antara bagian depan kepalanya dengan kakinya dari belakang sambil dirantai.” Sehingga kata Ibnu Abbas, “Dengan cara demikian maka tubuh mereka patah.”
Dengan peringatan dini ini adalah nikmat, bahwa Allah Ta’ala tidak dzalim dan Maha Memberikan Kasih SayangNya dengan peringatan. “Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”
 F.      Tafsir Ayat 43-45
Allah Ta’ala berfirman, “Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang memuncak panasnya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Ini merupakan pelecehan Allah Ta’ala yang Maha Dahsyat serta penghinaan kepada orang-orang kafir yang tidak percaya pada hari kiamat dan neraka Jahannam saat hidup di dunia dahulu. Maka kita harusnya bersyukur kepada Allah karena kita dijadikan orang-orang yang beriman, dimudahkan hadir dalam pengajian, dimudahkan untuk membaca dan merenungkan tulisan serta rangkuman tafsir Al-Qur’an yang menjadi peringatan ini. “Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?” Berapa banyak orang kafir, berapa banyak orang yang lepas dari keimanannya? dan berapa banyak orang yang diadzab oleh Allah Ta’ala? dan berapa banyak yang meremehkan hal ini?
Al-Hamim? adalah air yang sangat mendidih, dimana ibaratnya adalah sebagaimana tembaga mencair yang dimana apabila diminum leher dan ususnya putus semuanya. Sebagaimana dalam Surat Al-Ghofir/Al-Mu’min: 71-72 Allah berfirman (artinya), “Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api,...
Qotadah mengatakan, “Bahwa aan adalah air yang telah memuncak panas dan mendidihnya, sehingga ‘sekaranglah’ saatnya untuk memasak isi neraka yaitu Manusia dan Jin.” Maka kebenaran ini telah dinyatakan Allah Ta’ala. Dan inilah tugas manusia beserta konsekuensinya. Apabila mereka mau menerima keimanan maka Allah menyelamatkan mereka, apabila ingkar dan menyekutukan AllahTa’ala maka mereka pun dihukum sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah, yaitu Neraka yang di dalamnya terdapat siksaan yang mengerikan. Allahu a’lam bish shawwab.
Untuk mendengarkan rekaman asli dan lengkap dari Ustad Abdullah Shalih Hadhrami, silahkan rujuk link http://www.ziddu.com/download/19611195/Ayat33-45.3gp.html.
Demikianlah rangkuman kajian Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim yang disampaikan oleh Ustad. Abdullah Hadhromi. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Wassalamu’alaikum warahmatullah wa barokatuh.

No comments:

Post a Comment