Wednesday 27 March 2013

“INDAHNYA HARAPAN KEPADA ALLAH TA’ALA”


INDAHNYA HARAPAN KEPADA ALLAH


 “INDAHNYA HARAPAN KEPADA ALLAH TA’ALA”
TAFSIR SURAT AR-RAHMAN AYAT 46 – 47 (JILID II)
“Dan bagi orang yang takut atas kedudukan Tuhannya ada dua syurga. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Rangkuman Kajian Ba’d Maghrib di Masjid Abu Dzar Al-Ghifari
Hari Rabu, Tertanggal 1 Sya’ban 1433 / 20 Juni 2012
oleh: Ust. Abdullah Shaleh al-Hadhromi
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Yang Maha Indah dan Maha Pemurah. Semoga shawalat serta salam tetap tercurah kepada Sang Utusan Allah, Muhammad ibn Abdillah beserta keluarganya, para sahabatnya serta umat yang setia mengikuti sunnahnya hingga akhir zamman. Amma ba’d.
A.      Devinisi Ar-Rajaa’
Ar-Rajaa’ adalah senangnya hati karena dia menunggu apa yang akan datang, sesuatu yang dicintainya. Secara mudah dia mengharapkan sesuatu atas apa yang ia cintai dan ia ingin mendapatkannya. Mengharap sesuatu itu adalah dengan dilakukan sebuah usaha terlebih dahulu, karena orang tanpa usaha tapi berharap mendapatkan sesuatu maka ia adalah orang yang tertipu dan dungu.
Maka bagaimanakah sebuah perumpamaan yang lebih tepat daripada seorang petani yang ia telah membajak sawah, kemudian menebar bibit unggul, kemudian memupuknya dan menyirami serta menyianginya, lalu ia berharap sebuah panen yang sangat menyenangkannya? maka inilah harapan yang benar. Sementara kalau orang tak pernah berusaha dan menanam, lalu menunggu panen maka orang ini adalah orang yang gila dan berangan-angan kosong.
Sebagaimana para ulama mengatakan, “Dunia ini ibarat sawah dan ladang, hati ibarat tanah, dan iman ibarat benih, serta ketaatan-ketaatan ini ibarat upaya untuk menjadikan tanah subur (membajaknya) dan mengairinya agar tumbuh tanaman yang indah dan menghasilkan buah yang baik.”
B.      Tiga Perkara dalam Harapan
Oleh karena itu orang yang berharap itu pasti terkumpul dalam dirinya tiga perkara, yaitu:
1.       Ia mencintai apa yang ia harapkan, ia suka apa yang ia harapkan. Tidak mungkin kita mengharap apa yang kita benci.  
2.       Orang yang berharap itu juga ada perasaan takut, yaitu takut tidak mendapatkan apa yang ia harapkan.
3.       Kita berupaya maksimal untuk mendapatkan apa yang kita harapkan
C.      Dalil Ar-Rajaa’ (Harapan)
Dalam Al-Qur’an ada satu ayat dimana ayat ini paling menimbulkan sifat berharap kepada Allah, yaitu Al-Qur’an Surah Az-Zumar: 53,
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Orang yang dipanggil oleh Allah Ta’ala di sini adalah orang yang telah berbuat dosa, orang yang telah berzina, minum khamr, narkoba, mencuri, membunuh, syirik dan dosa apapun yang ia lakukan. Akan tetapi Allah Ta’ala memanggilnya dengan kata yang sangat halus, yaitu Yaa Ibadi (Wahai Hamba-hambaKu).
Oleh sebab itulah Allah mengajak taubat kepada mereka, pintu taubat terbuka sebelum nyawa sampai kerongkongan dan sebelum matahari terbit dari arah Barat. Sedangkan Allah Ta’alasemenjak dahulu telah memiliki nama Al-Ghafur dan Ar-Rahim (Maha Pengampun dan Penyayang). Sebelum langit dan bumi ini diciptakan, Allah Ta’ala telah memiliki nama Al-Ghafur dan Ar-Rahman. Hal ini menandakan bahwa memang nanti (setelah langit dan bumi diciptakan) ada orang yang akan berbuat dosa, yang kemudian ia meminta ampun dan Allah Ta’ala pun mengampuni dan sang hamba meminta kasih sayang, maka Allah Ta’ala pun menyayanginya.
Bahkan ada sebuah riwayat, sebagaimana menjelaskan surat Al-A’raf: 156
Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami."
Rahmat Allah Ta’ala meliputi segala sesuatu yaitu meliputi semua dari makhlukNya. Sampai-sampai orang-orang kafir pun mendapatkan apa yang mereka inginkan di dunia ini, akan tetapi sesuai ketentuanNya, maka di akherat mereka akan mendapatkan siksa. Inilah yang dimaksud dalam kalimatNya, “Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki
Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tatkala Allah Ta’ala telah menciptakan makhluk, Allah menulis dalam suatu tulisan yang ada di sisi atasnya ‘Arasy. Tulisan itu adalah ‘Sesungguhnya RahmatKu mengalahkan MarahKu.’ Dalam riwayat lainnya, ‘sesungguhnya RahmatKu mendahului MarahKu.” (H.R Bukhari & Muslim). Maka secara bahasa kita dapat memahami bahwa yang lebh mendominasi adalah rahmat Allah daripada marahNya.
Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku di tanganNya, kalau kamu tak punya dosa semuanya. Maka kamu akan dimusnahkan oleh Allah, lalu diganti oleh kaum yang berbuat dosa, lalu mereka meminta ampun kepada Allah kemudian Allah mengampuni mereka.” Maka berbuat dosa itu wajar, hanya saja yang menjadi masalah adalah “Bagaimana Taubatnya” Karena taubat merupakan kunci rahmat Allah Ta’ala. Sehingga janganlah menunda-nunda taubat, karena bila menundanya akan terjadi tiga kemungkinan besar, yaitu: (1) Mati sebelum taubat; (2) Boleh jadi umur kita panjang, tapi taubat itu sulit sekali untuk dilakukan; (3) Bertambah melakukan kemungkaran karena telah merasakan nikmatnya maksiat, na’udzubillah 
Jika masa lalu adalah masa-masa suram penuh dosa, maka tinggalkan hari kemarin. Bukalah lembaran baru yang putih berseri, Islam memandang har ini dan hari esok yang kemarin sudah terjadi. Taubat adalah penutup lembaran hitam yang akan merubah lembaran itu menjadi putih. RasulullahShalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan tanganNya pada malam hari untuk orang yang bertaubat atas dosa mereka di siang hari. Dan Allah Ta’ala membentangkan tanganNya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di malam hari, hingga matahari terbit dari Barat.” (H.R Muslim).
Banyak para ulama yang tadinya adalah mantan pendosa. Sebagaimana Fudhail ibn Iyyadhrahimahullah yang dahulu adalah mantan perampok kemudian beliau bertaubat. Begitupula Bisyir al-Haafiy rahimahullah adalah orang jahat yang kemudian bertaubat dan menjadi ulama besar.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang beriman itu didekatkan pada hari kiamat kepada Allah. Kemudian ia berbicara dengan Allah Ta’ala tanpa penerjemah dan tanpa juru bicara. Kemudian Allah Ta’ala menyebutkan semua dosa-dosa orang itu seraya dikatakan, ‘Apakah kamu ingat akan dosa-dosamu yang ini dan yang itu?’ Lalu Sang Hamba itu pun menjawab, ‘Wahai Tuhan aku mengaku semuanya’. Setelah kita mengakuinya dan merasa bakal binasa dalam neraka, maka Allah Ta’ala menjawab, ‘sesungguhnya Aku dahulu di dunia menutupi dosa-dosamu sehingga tak ada orang yang tahu dan kini aku ampuni dosamu.’ Kemudian dia diberikan catatan amalannya dari tangan kanannya dan dia memasuki syurgaNya” (H.R Bukhari).
Ada sebuah riwayat dimana tatkala itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat membawa tawanan perang. Tiba-tiba ada seorang perempuan yang masuk, ia terus masuk dan menerobos serta tak peduli dengan semua yang ada. Hingga ia menemukan seorang bayi kemudian bayi itu digendong dengan penuh cinta lalu disusuinya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallammenyaksikannya, lalu Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Hai para sahabat bagaimana pendapatmu, apakah kamu percaya kalau dikatakan bahwa ibu ini akan melemparkan anaknya ke dalam api?” Maka para sahabat menjawab, “Tidak, demi Allah wahai Rasulullah. Ndak mungkin ibu itu melemparkan anaknya ke dalam api.” Lalu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh, Allah Ta’ala lebih sayang kepada hamba-hambaNya daripada ibu itu kepada bayinya.” (H.R Bukhari-Muslim).
Ada sebuah riwayat dimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menceritakan, “Ada seorang yang membawa bekal untuk safar, lalu ia kelelahan dan tertidur di bawah pohon yang rindang. Setelah ia bangun ia mendapatkan kendaraan dan bekalnya hilang tanpa bekas. Akhirnya orang ini putus asa. Akhirnya di tengah-tengah keputus asaan dan sambil menunggu kematian, tiba-tiba kendaraannya muncul dengan muatan yang penuh bekalnya. Begitu gembiranya ia sampai-sampai ia mengucapkan, ‘Wahai Allah, Kau adalah hambaku dan aku adalah hambaMu.’ Demi Allah, Sungguh Allah lebih suka dengan taubat hambaNya daripada seorang dari kamu dalam menemukan barangnya yang hilang tadi itu.” (H.R Bukhari-Muslim).
Dalam hadits Arba’in An-Nawawi dinyatakan bahwa, “Wahai anak Adam! sesungguhnya tiadalah kau berdoa kepadaKu dan mengharapkan kepadaKu maka dosamu akan Kuampuni semuanya dan aku tak peduli apapun dosamu. Wahai anak Adam! kalau sekiranya dosamu mencapai awan-awan di langit kemudian kamu bertaubat maka Aku ampuni dosamu. Wahai anak Adam! sesungguhnya apabila engkau darang kepadaKu membawa dosa sepenuh bumi, kemudian kamu bertemu Aku pada hari kiamat nanti dengan tidak menyekutukan apapun, maka Aku datang kepadamu dengan sepenuh bumi ampunan.” (H.R Tirmidzi sanad Hasan).
Dosa ada dua macam, yang diampuni dan yang tidak diampuni. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Semua umatku itu selamat kecuali al-Mujahirin” Mujahirin adalah orang yang berbuat dosa dan ditutupi oleh Allah Ta’ala, kemudian dia dengan bangganya menceritakan dosa itu kepada orang lain dengan tujuan membanggakan dosanya. Maka orang yang menyembunyikan dosa-dosanya bukanlah orang munafik sebagaimana dinyatakan oleh orang awam. Justru menyembunyikan dosa adalah sifat orang yang malu karena Allah Ta’ala.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tiadalah seorang dari kamu itu berwudhu, berkumur lalu menghirup air ke hidung kemudian dikeluarkan lagi, maka dosa-dosamu rontok. Kemudian ketika kamu membasuh wajah, maka dosamu rontok hingga tetesan air yang terakhir. Kemudian ketika membasuh tangannya, maka dosa-dosa tangan rontok semua sampai tetesan air yang terakhir. Kemudian dia mengusap kepalanya, maka dosa kepala rontok hingga tetesan air terakhir yang ada di rambutnya. Kemudian dia membasuh kaki sampai mata kakinya, maka semua dosa kaki rontok hingga tetesan terakhir. (dalam riwayat lainnya) Kemudian dia membaca doa setelah wudhu, maka dibukakan delapan pintu syurga dan kita disuruh memilihnyaKemudian setelah itu ia sholat maka ia akan diampuni dosa-dosanya.
Mustahil orang yang ingin selamat dan diampuni tetapi tak mau taubat. Seorang ulama mengatakan, tak mungkin orang ingin masuk syurga tapi perbuatannya selalu bermaksiat. Ia telah berangan-angan kosong kepada Allah. Dan ada sebuah ungkapan, “Kamu mengharapkan keselamatan, tapi kamu tidak menempuh jalan-jalan keselamatan. Sesungguhnya perahu itu tak mungkin di jalan yang kering.”

No comments:

Post a Comment